KONTRIBUSI USAHATANI CENGKEH TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DI DESA RANTEBELU, KECAMATAN LAROMPONG, KABUPATEN LUWU

Abstract

Cengkeh (Sygium aromaticum) merupakan salah satu tanaman pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, cengkeh juga merupakan tanaman ungggulan dan salah satu dari 15 komoditi yang diutamakan penanganannya dalam pembangunan perkebunan. Cengkeh juga merupakan sumber pendapatan bagi negara (Segarani & Dewi, 2015). Cengkeh tidak hanya merupakan produk dengan kualitas unggul, namun tanaman ini juga mempunyai nilai dan nilai budaya yang kuat dalam masyarakat di Kabupaten Luwu. Banyak petani yang telah menanam cengkeh dari generasi ke generasi, sehingga menjadikan cengkeh sebagai bagian penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, harga cengkeh di pasar global mengalami fluktuasi yang berdampak langsung terhadap pendapatan petani. Cengkeh di  Indonesia kurang lebih  95%  diusahakan  oleh  rakyat  dalam  bentuk  perekebunan  rakyat  yang  tersebar seluruh  provinsi  sisanya  5%  diusahakan  oleh  perkebunan  swasta  dan  perkebunan negara. Cengkeh  merupakan tanaman  rempah  yang  termasuk  dalam  komoditas  sektor  perkebunan  yang  mepunyai  peranan  penting  yaitu sebagai  penyumbang  pendapatan  petani  dan  sebagai  sarana  untuk  pemerataan  wilayah  pembangunan  serta sebagai pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan (Ramla dkk., 2022). Sulawesi Selatan merupakan wilayah pengembangan komoditi cengkeh sehingga menjadi salah satu penghasil cengkeh di Indonesia. Rata-rata produktivitas cengkeh di Sulawesi Selatan pada tahun 2016 sebanyak  562 kg/ha. Data tersebut merupakan total seluruh produktivitas cengkeh yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan berada di urutan kedua setelah Maluku dalam hal produksi cengkeh yang menunjukkan kontribusi yang signifikan (BPS Sulawesi Selatan, 2016).